Wednesday, 30 September 2020

30 September 2020, Wednesday



Bacaan ku hari ini dari sambungan kemarin tgl 29 September 2020.


Bacaan ku hari ini ku beri komentar sekaligus temanya  :  Sang Pejuang Yang Tidak Kenal Lelah Dan Tidak Pernah Diam.






Sementara itu, Tan Malaka yang udah gemes banget melihat penderitaan para buruh, memutuskan pindah ke Jawa dan ikut berjuang bersama PKH hasil pentukan SI dengan ISDV. Di Semarang, Tan Malaka dipercaya untuk merintis Sekolah Rakjat untuk menjadi guru sekaligus kepala sekolah di Semarang. Ternyata, setelah bergabung dengan PKH, Tan Malaka nggak cuma sibuk ngajar mencerdaskan rakyat doang, tapi juga ikut berjuang di serikat pekerja/buruh di seluruh Jawa, dari serikat buruk tambang minyak, rel kereta, percetakan, dll.. semuanya diikuti oleh Tan Malaka agar hak para buruh dapat dibela oleh orang-orang terdidik.

Namun sayangnya, kolaborasi antara Sarekat Islam dengan PKH tidak berjalan harmonis karena banyak anggota SI (terutama H.Agus Salim) yang berpikir bahwa pandangan politik sosialis dan komunis tidak selaras dengan syariat Islam. Sementara itu, Tan Malaka sendiri berpendapat bahwa hal itu tidak perlu dipersoalkan. Tapi, ujung-ujungnya PKH tetap lepas sepenuhnya dari kepengurusan SI dalam keputusan Kongres Sarekat Islam VI 1921.

Setelah menjadi organisasi mandiri, PKH menunjuk Semaoen sebagai ketua. Dalam masa kepemimpinannya, Semaoen cenderung mengambil langkah hati-hati dan menghindarin konflik sama pemerintahan kolonial. Sementara itu Tan Malaka orang yang cenderung lebih gemes dan frontal dalam melawan Belanda. Sampai akhirnya, ketika Semaoen harus meninggalkan Nusantara untuk menghadiri konferensi buruh internasional di Moskow, Tan Malaka punya kesempatan untuk mengambil alih kepemimpinan PKH.

Gaya kepemimpinan Tan Malaka ini beda banget sama sama Semaoen, doi ngambil jalur radikal, bodo amat sama penilaian Belanda. Kalo bisa diibaratkan, Semaoen ini seperti Gandhi yang kalem, Tan Malaka ini seperti Che Guevara yang frontal. Malaka mimpin gerakan aksi demonstrasi para buruh dan pedagang kios pegadaian. Dari situlah, Tan Malaka berhasil mengambil kepercayaan masyarakat, terutama kaum pekerja, bahwa PKH adalah mitra sejati kaum pekerja dan bersedia untuk membantu melawan penindasan terhadap pekerja.

Lama kelamaan, pemerintah kolonial Belanda gerah juga sama satu tokoh yang udah bikin situasi bisnis mereka kacau di mana-mana, sampai akhirnya Tan Malaka ditangkep polisi Belanda. Kemudian, atas perintah Gubernur Jenderal Dirk Fock, Tan Malaka diasingkan ke Belanda biar ngga bisa mimpin pemberontakan lagi. Di situ, pemerintah Belanda bisa sedikit bernafas lega karena satu biang kerok sumber masalah berhasil “dibuang” jauh-jauh ribuan kilometer dari Hindia Belanda.

 

Perjuangan Dalam Masa Pengasingan (1922 – 1942)

Biasanya orang tuh ya, kalo udah ditangkep polisi, digebukin, sampai diasingkan, mbok ya harusnya kapok. Tapi, buat Malaka, sih, ga ada ceritanya dia kapok berjuang untuk rakyat Hindia Belanda. Di dalam pengasingan, Malaka malah join sama Communistische Partij Nederland (CPN) atau Partai Komunis Belanda. Lebih gawatnya lagi, saking cerdasnya Tan Malaka, dia juga kepilih jadi kandidat ke tiga untuk duduk di parlemen Belanda dari partai ini! Mantap! Bahkan sebetulnya, suara buat Malaka jauh ngelebihin kandidat nomer dua CPN. Sayangnya, karena umurnya masih muda banget (25 tahun), dia ngga bisa jadi anggota DPR-nya Belanda.

Selain radikal, Tan Malaka juga bisa kita bilang ngga bisa diem. Gagal jadi anggota parlemen di Belanda, dia pindah ke Berlin ketika ide komunisme sedang sangat berkembang pasca Perang Dunia I yang berhasil ngegulingin kekuasaan Kaisar Wilhelm II. di Berlin, Tan Malaka ketemu dan gabung lagi sama rekan seperjuangannya, yaitu Darsono (yoi! Darsono dari Solo pentolan Sarekat Islam), yang pada waktu itu jadi perwakilan COMINTERN (Communist International) di kota itu.


Bacaan disambung besok ......

Tuesday, 29 September 2020

29 September 2020, Tuesday



Sambungan dari kemarin 28 September 2020, Senin.


Bacaan ku hari ini dengan judul :  Tan Malaka.








Perjuangan Awal (1908 – 1919)

Pada awalnya Ibrahim adalah seorang pemuda desa di Pandan Gadang, Suliki, sekarang Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat. Seperti pemuda-pemuda asal Minangkabau lainnya pada waktu itu, ia tinggal di surau sejak usia 5 tahun dan mempelajari ilmu agama dan beladiri Pencak Silat. Ketika usianya 11 tahun, ia mendaftarkan diri ke Kweekschool, sekolah calon guru di Fort de Kock (sekarang bernama Kota Bukitinggi).  Di sana, dia demen banget sama pelajaran Bahasa Belanda, dan lebih lanjut malah disuruh sama gurunya untuk jadi guru Bahasa Belanda.


Singkat kata, setelah 5 tahun ngenyam pendidikan di Kweekschool, orang-orang sekampungnya nganggep dia merupakan aset kampungnya yang harus didukung. Oleh karena itu, orang-orang di kampungnya, terutama kalangan “engku”/kakek-kakeknya, pada ngumpulin duit biar Ibrahim bisa lanjut sekolah di Negeri Belanda. Ia akhirnya diterima di Rijkskweekschool (Sekolah Kejuruan Guru Kerajaan/Negeri) di Kota Haarlem, Belanda. Naah, di Haarlem inilah, doi bisa belajar banyak soal filsafat ekonomi dan sosial yang pas itu emang lagi gila-gilanya berkembang di Eropa.


Arus perkembangan ekonomi dan sosial di Eropa ini disebabkan oleh arus panjang Revolusi Industri (1750-1850) yang dampaknya masih terasa di akhir abad 19 dan awal abad 20. Di satu sisi, perkembangan teknologi dunia berkembang sangat pesat, dari penemuan baterai, kapal uap, telegraf, telepon, mobil hingga pesawat terbang. Tapi, di sisi lain, dampak sosial yang terjadi sangat memprihatinkan: harga barang jatuh, usaha kecil menengah bangkrut, upah buruh sangat murah, adanya kesenjangan sosial antara pengusaha dan buruh, dsb.


Fenomena ekonomi dan sosial yang berkembang begitu cepat di Eropa ini yang membakar semangat Ibrahim (sekarang sudah bergelar Tan Malaka) untuk terus belajar kendati situasi keamanan di sana sangat rawan karena Perang Dunia I. Sementara itu, fenomena ketimpangan sosial yang terjadi di Eropa, disambut dengan lahirnya pemikiran baru yang ditawarkan oleh para filsafat ekonomi dan politik, yaitu ideologi sosialisme dan komunisme yang menawarkan “keadilan” bagi para buruh dan kaum tertindas.


Ideologi itu semakin berkembang setelah kesuksesan Revolusi Bolshevik pada tahun 1917 di Rusia yang sangat menginspirasi gagasan komunisme. Hal itu membuat Tan Malaka semakin penasaran dengan gagasan komunisme dan melahap habis buku Karl Marx, Friedrich Engles, Vladimir Lenin, dll yang pada intinya menawarkan kesetaraan hak ekonomi bagi masyarakat. Lambat laun haluan ideologi Tan Malaka makin terbentuk ke arah ideologi sosialisme dan komunisme hingga dirinya sempet ketemu dengan Henk Sneevliet, tokoh komunis yang baru aja balik dari Hindia Belanda setelah mendirikan Indische Sociaal-Democratische Vereeniging (ISDV) atau Perkumpulan Sosial Demokrasi Hindia, cikal bakal Partai Komunis Indonesia.


Implementasi Perjuangan (1919 – 1922)

Setelah menyelesaikan studi di Belanda, Tan Malaka menjadi seorang guru Bahasa Melayu untuk anak-anak buruh perkembunan teh dan tembakau di Sanembah, Sumatera Utara. Pengalaman mengajar inilah yang menjadi inspirasi pertama Tan Malaka untuk memperjuangkan hak rakyat dari bentuk kolonialisme Belanda. Dari pengalaman mengajar inilah, Tan Malaka melihat secara langsung penderitaan kaum buruh perkebunan teh yang diupah rendah, sering ditipu karena buta huruf dan tidak lancar berhitung, diperas keringatnya habis-habisan di tanah mereka sendiri.


Berbekal dari semangat membela kaumnya ini, serta pengetahuan sosial politik yang dia pelajarin selama di Eropa, Tan Malaka memutuskan untuk bergabung dengan organisasi ISDV. ISDV sendiri sebetulnya adalah organisasi bentukan para anggota partai buruh di negeri Belanda tahun 1914 yang bermukim di wilayah Hindia Belanda. Pergerakan organisasi ISDV ini berbasis ideologi Marxisme yang pada intinya memperjuangkan hak kepemilikan tanah dan alat produksi kepada rakyat agar tidak dimonopoli oleh kaum pemilik modal dan kolonial asing.


Perkumpulan ISDV ini bisa dibilang cukup radikal dalam ngelawan “penindasan” dari kolonial Belanda sampe-sampe ngerekrut para tentara dan pelaut Belanda buat angkat senjata ngelawan para komandan mereka sendiri. Ujung-ujungnya pihak Belanda memenjarakan para “pengkhianat” tersebut, sampai para pentolan ISDV yang orang Belanda (termasuk Sneevliet) dipaksa pulang kembali ke negeri Belanda.


Ternyata, gerakan ISDV yang terang-terangan membela kaum tertindas ini nggak betul-betul mati sepenuhnya. Dalam proses bentrokan ISDV dengan pemerintah Belanda, ISDV sempat mengundang simpati para pemuda muslim di Sarekat Islam (selanjutnya disebut SI), yang pada saat itu dipimpin oleh Semaoen dari Surabaya dan Darsono dari Solo. Lambat laun, gerakan ISDV ini semakin beralih dari “LSM wong londo pembela hak pribumi” jadi didominasi oleh kaum pribumi muslim. Sampai akhirnya pada tahun 1920, ISDV resmi berganti nama menjadi “Perkumpulan Komunis di Hindia” (PKH).



Bacaan disambung besok .....

Monday, 28 September 2020

28 September 2020, Monday



Aku ada bacaan bagus....

Aku ada bacaan bagus ....


Judulnya :  Tan Malaka (Bapak Republik Indonesia).

Selama ini dia Berjuang Sendirian (ada mirip dengan ku).





https://www.zenius.net/blog/7968/biografi-tan-malaka



Tan Malaka: Bapak Republik Indonesia yang Terlupakan


Tan Malaka adalah orang pertama yang mencetuskan konsep Republik Indonesia bahkan sebelum Sukarno & Hatta. Namun namanya seperti hilang dalam sejarah. Baca kisah selengkapnya!

Bulan Juni itu sering diingat sebagai bulan lahirnya tokoh-tokoh besar nasional Indonesia. Diawali dengan hari lahirnya Pancasila (1 Juni) kemudian disusul dengan hari lahirnya mantan presiden pertama Indonesia Soekarno (6 Juni), mantan presiden kedua HM.Soeharto (8 Juni), mantan presiden ketiga B.J Habibie (25 Juni), dan juga presiden ketujuh kita saat ini Joko Widodo (21 Juni). Wah, banyak banget yah tokoh besar nasional Indonesia yang lahir di bulan Juni? Eit, sebetulnya ada satu lagi tokoh besar Indonesia yang lahir di bulan Juni, sayangnya jarang banget generasi muda Indonesia yang tau tentang keberadaan maupun perjuangannya. Wah, siapa tuh??

Tokoh besar yang gue maksud ini gak main-main jasanya bagi negara kita, beliau ini bisa dikatakan sebagai orang yang pertama kali berjuang menentang antikolonialisme di Hindia Belanda, bahkan sebelum Soekarno dan Hatta. Beliau juga menjadi orang pertama yang mencetuskan konsep tentang “Negara Indonesia” dalam bukunya yang berjudul Naar de Republiek Indonesia (1925). Buku inilah yang menginspirasi Soekarno, Hatta, Sjahrir, dkk untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari barisan yang lain. Sementara itu, tokoh besar yang terlupakan ini, berjuang “sendirian” untuk memerdekakan Indonesia dari mulai menulis buku, membentuk kesatuan massa, berbicara dalam kongres internasional, ikut bertempur di lapangan melawan Belanda secara langsung, sampai akhirnya harus keluar-masuk penjara berkali-kali, diburu oleh interpol, dan kejar-kejaran sama polisi Internasional.

Tragis? Banget! dan yang lebih tragis lagi adalah, perjuangan beliau untuk negeri kita ini malah “dibalas oleh Indonesia” dengan timah panas. Ya, beliau ditembak mati oleh tentara Republik yang didirikannya sendiri (Tentara Indonesia) di Kediri 1949 dan sampai hari ini jenazahnya belum dipastikan keberadaannya. Kendati Presiden Soekarno telah mengangkat namanya sebagai pahlawan nasional pada 28 Maret 1963. Namun, sejak era Orde Baru (1966-1998), keberadaan tokoh ini seperti dihapus dalam sejarah Indonesia, namanya dicoret dari daftar nama pahlawan Nasional dan hampir tidak pernah dibahas dalam pelajaran Sejarah SD-SMA sampai dengan sekarang.


Penasaran siapa tokoh yang satu ini? Kenapa orang sepenting ini hampir tidak pernah disebut dalam pelajaran sejarah? Kenapa orang yang telah berjasa begitu besar bagi Indonesia malah meninggal di tangan tentara nasional Indonesia? Bagaimana kisah perjuangan dia? Okay, tokoh besar yang mau gue ceritakan ini bernama Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka atau lebih dikenal dengan nama Tan Malaka. Seorang luar biasa yang diberi julukan “Bapak Republik Indonesia” oleh Mohammad Yamin dan bahkan dianggap oleh sebagian kalangan sebagai the true founding father of Indonesia.. dan pada artikel Zenius Blog kali ini, gue akan mencoba “menghidupkan” kembali tokoh besar Indonesia yang selama ini telah terkubur dari ingatan masyarakat dan juga generasi muda Indonesia. Gue akan menceritakan kembali perjuangan panjangnya bagi negeri ini dari mulai Pandan Gadang (Suliki), Bukittinggi, keliling pulau Jawa, sampai Amsterdam, Berlin, Moskwa (Moscow), Xiamen (Amoy), Shanghai, Kanton, Manila, Saigon, Bangkok, Hongkong, Singapura, Rangon, dan Penang. Yuk, simak kisah serunya!


(bacaan disambung besok)

Sunday, 20 September 2020

20 September 2020, Sunday



Surga Dunia =  Moon Cake + Kopi Bengkayan (ke-2 ini asal Pulau Kalimantan)





Saturday, 19 September 2020

19 September 2020, Saturday



Kiriman ku sudah sampai dari Singkawang, Pulau Kalimantan. Ini pertama kali dalam Sejarah Ku terima kiriman Paket sewaktu saya berada di Luar Daerah,

Sebagian sudah ku makan. Besok kemungkinan mau Minum Kopi nya.












































Di tanggal 18 September 2020 saya barusan terasa seperti MANUSIA, Sebab :  selama ini saya berada di Luar Daerah setiap hari makan nasi yang pulen lengket-lengket bagaikan LEM.

Selama ini saya hanya terasa seperti :  Perangko.


Dengan sulit payah saya baru ketemukan Beras Ini Yang ber-Derai.











Wednesday, 16 September 2020

16 September 2020, Wednesday



Moon Cake ku seberat 3 kg dari Singkawang, Kalimantan diperjalanan menuju Jl. Sei Kera (alamat ku di Luar Daerah).

Moon Cake yang seberat 3 kg akan Masuk ke Perut ku bersama Kopi Pahit.

(Tidak pakai tunggu lama-lama).



















Sunday, 13 September 2020

13 September 2020, Sunday


Tak lama lagi Kue Bulan ini yang di Photo dan ditanda lingkar Akan Datang Dari Singkawang, Kalimantan Ke Jl. Sei Kera (alamat Tempat Tinggal Ku Yang di Luar Daerah) dan Masuk Ke Perut Ku.


Dia akan di makan bersama secangkir Kopi Pahit sampai tidak ada sisa 1 pun.

Kalau kantong Plastiknya bisa di makan pun akan saya makan bersama kotak-kotak sebagai pembungkusnya.












Thursday, 10 September 2020

Tuesday, 8 September 2020

 8 September 2020, Tuesday



Karakter adalah tetap karakter yang datang dari lahir.


Saya di Riau suka duduk di tangga. Begitu juga sampai di Luar Daerah juga suka duduk di tangga.

















8 September 2020, Tuesday



Bacaan ku di hari ini.





Ada yang Menyebut Belanda sebagai Netherland dan Holland, Mengapa Ada Dua Nama?



Kincir angin tradisional di Belanda

Negara apa yang identik dengan kincir angin berukuran besar dan menggunakan bunga tulip sebagai bunga nasional?

Yap, negara itu adalah Belanda yang terletak di benua Eropa.

Dalam bahasa Inggris, negara Belanda disebut sebagai Netherland, tapi ternyata ada juga yang menyebutnya sebagai Holland.

Namun banyak orang lebih sering menyebut negara ini sebagai Holland, bukannya Netherland.

Padahal, negara kincir angin ini bernama resmi Netherland, bukannya Holland seperti yang dikenal banyak orang.

Lalu mengapa Belanda lebih sering disebut Holland dibandingkan Netherland, nama resminya, ya?

Holland Merupakan Nama Dua Provinsi di Belanda

Dalam bahasa Inggris, sebutan yang benar untuk negara kincir angin ini adalah Netherland, yang merupakan nama resmi negara ini.

Nah, Belanda punya 12 provinsi yang berbeda, dua di antaranya adalah provinsi Holland.

Dua provinsi Holland ini adalah Holland Utara dan Holland Selatan yang telah terbagi menjadi dua sejak tahun 1840.

Terdapat Banyak Destinasi Wisata di Dua Provinsi Holland

Meskipun Holland merupakan dua provinsi yang ada di Netherland atau Belanda, banyak yang menyebut negara ini sebagai Holland.

Salah satu alasannya adalah karena dua provinsi Holland punya destinasi wisata yang terkenal di dunia.

Di Holland Utara, terdapat Amsterdam yang menjadi salah satu destinasi wisata terkenal di Belanda.

Sedangkan di Holland Selatan, tempat wisata lainnya yang terkenal adalah Rotterdam dan Den Haag.

Karena dominasi banyaknya tempat wisata yang terkenal inilah, akhirnya Belanda yang punya nama negara resmi, yaitu Netherland, lebih dikenal secara luas sebagai Holland.

Pemerintah Belanda Ingin Penggunaan Holland Diganti dengan Netherland

Kesalahan pemahaman nama negara ini ternyata cukup menyulitkan pemerintah negara Belanda, lo.

Akibat nama Holland yang lebih dikenal dibandingkan Netherland, turis yang berdatangan ke Belanda jadi lebih banyak yang terpusat di duda provinsi Holland.

Untuk itu, mulai tahun 2020 ini, pemerintah Belanda mengganti berbagai promosi untuk mengunjungi Belanda.

Nama Holland yang digunakan untuk promosi pariwisata diganti dengan nama Netherland, untuk lebih menunjukkan negara Belanda.

Bahkan untuk mengurangi jumlah turis yang lebih terfokus di Holland, pemerintah Belanda juga sudah melakukan langkah lain, nih.

Mulai bulan Mei 2019, pemerintah Belanda juga sudah menghentikan promosi Holland sebagai tempat wisata dengan menutup kantor promosi di Spanyol, Italia, dan Jepang.

Hal ini dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan turis bahwa Netherland atau Belanda bukan hanya Holland saja, tapi ada berbagai provinsi lain yang bisa dikunjungi.

Friday, 4 September 2020

4 September 2020, Friday



Ini Gaiter Boot ku.

Di dunia hanya ada 1. Pesan khusus dijahit dengan cara mengukur ukuran kaki dan mengunakan material khusus serta depan ditambahkan pelindung besi.

Dari tali sepatu nya saja sudah lain pada lain yang panjangnya lebih dari 1,5 M.

Saya mau pakai dia ke Gunung Carstensz Pyramid 4. 884 mdpl (Gunung Jaya Wijaya di Pulau Irian Jaya).