Bacaan ku hari ini. Dan setelah membaca baru ada terasa Pembangunan Diri.
Bacaan ku langsung lewat perangkat Computer. Tinta printer ku habis belum dibeli.
Maksud
Code of Conduct
Apa yang dimaksud dengan code of conduct dan mengapa
harus ada code of conduct? Code of conduct sesungguhnya bukanlah sebuah produk
hukum, sehingga siapapun diperbolehkan membuatnya. Code of conduct yang dalam
bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai kode etik atau pedoman perilaku adalah
beberapa aturan yang dibuat, dipahami dan disepakati hingga menjadi komitmen
bersama.
Codeof conduct dapat disebut sebagai hukum etika dan
berposisi justru di atas hukum positif. Hukum etika tersebut dapat
bermacam-macam disesuaikan dengan ruang lingkup dan kondisi yang berlaku,
sebagai contoh, ada code of conduct dalam perusahaan, code of conduct rumah
sakit, code of conduct lembaga pendidikan,dan sebagainya. Jadi, code of conduct
yang dimaksud tidak berlaku umum hanya untuk kalangan tertentu saja (sehingga
bukan hukum positif).
Meski “bunyi” peraturan bisa berbeda-beda, namun
secara umum berkait soal perilaku. Bagaimana perilaku yang sebaiknya, bagaimana
agar tidak terjadi masalah (menghindari masalah), bagaimana jika terjadi
masalah (mengatasi masalah), dan sebagainya. Jadi, code of conduct juga
bertujuan untuk mencegah terjadinya pelanggaran hukum (preventif).
Pada umumnya, sebuah institusi ataupun komunitas
membuat sebuah code of conduct disebabkan adanya masalah-masalah yang pernah
terjadi di institusi ataupun komunitas tersebut. Satu atau beberapa masalah
yang sempat muncul tentu akan menjadi perhatian yang sangat menguras tenaga,
waktu pikiran maupun biaya pada saat mengatasinya. Hal ini disebabkan tidak
adanya aturan yang dapat dijadikan sebagai pedoman bersama.
Dalam kerangka tersebut, dibutuhkan semacam
perangkat aturan bersama untuk mencegah agar segala masalah serupa tidak muncul
kembali. Materi atau kontens dalam code of conduct pada umumnya memang bersifat
universal (tidak teknis), sehingga tidak membutuhkan banyak penjelasan, mudah
dipahami dan dapat dipajang di beberapa tempat untuk lebih mengingatkan
pihak-pihak yang terlibat.
Jika memang code of conduct tersebut merupakan
produk bersama, maka subjek dan obyek terhadap code of conduct adalah
keseluruhan. Artinya, code of conduct harus disepakati bersama dan juga
ditujukan kepada seluruh pihak. Tidak boleh terjadi “bias” ataupun
diskriminasi. Semua pihak akan mendapat reward jika melaksanakannya (jika
memang ada reward), dan akan mendapat sanksi jika melanggarnya.
Dalam dunia pendidikan kerap kali muncul masalah di
mana guru yang mencoba mendisiplinkan anak ternyata justru diadukan orangtua
anak kepada pihak polisi. Sementara kemendikbud menyediakan nomer khusus untuk
pengaduan siswa dan orangtua atau pihak-pihak yang merasa menjadi korban
bullying di sekolah. Tidak sedikit guru dan masyarakat yang protes dan dianggap
“melecehkan” tugas guru dan sekolah dalam mendidik.
Masyarakat kemudian menganggap siswa “cengeng” dan
orangtua yang tidak bisa mendidik dan hanya bisa melapor ke polisi. Dan
kemudian menyebabkan si anak tidak diterima di sekolah manapun (hal ini
sesungguhnya sudah melanggar hak setiap warga negara untuk mendapat pendidikan
di sekolah yang dijamin konstitusi). Namun masyarakat justru gembira, “Itulah
akibatnya kalau siswa cengeng, manja dan pengadu!”
Bagi saya sederhana saja, tidak ada masalah yang
tidak dapat diselesaikan dengan baik-baik sepanjang kita tahu apa yang kita
lakukan. Dan setiap peristiwa merupakan sebuah pembelajaran agar ke depan bisa
lebih baik lagi. Mungkin sudah perlu dipikirkan bagaimana ke depan setiap
sekolah membuat code of conduct. Sepanjang itu menjadi kesepakatan dan komitmen
bersama.
Soal metode perumusannya bisa bermacam-macam. Ada
yang betul-betul dilakukan secara langsung, dengan cara mengumpulkan seluruh
wali/orangtua siswa, guru dan siswa sendiri. Sebutkan hal-hal apa saja yang
diperbolehkan dan tidak diperbolehkan di sekolah dan bagaimana jalan
penyelesaiannya jika ada masalah (dapat disampaikan langsung/lisan ataupun
melalui tulisan). Kumpulkan seluruh pendapat lalu sederhanakan hingga menjadi
beberapa poin saja (hal paling penting).
Ada juga dengan model tidak langsung. Pihak sekolah
sudah terlebih dahulu membuat semacam draft code of conduct dan kemudian setiap
siswa dan orangtua berkewajiban mengetahui, membaca, memahami dan kemudian
memberi kesepakatan. Apabila ada yang tidak setuju atau perlu dikoreksi disebut
feedback. Kesepakatan tersebut kemudian secara lembaran dapat dibagikan dan
dimiliki oleh masing-masing siswa dan orangtua, serta juga dapat dibuat dalam
bentuk spanduk/banner yang dipasang di dinding sekolah.
Berikut contoh code of conduct di sekolah :
1. Saling
menghormati dan menghargai: mendengarkan pendapat orang lain dan membiarkan
orang menyampaikan pendapatnya; mau berbagi kepada orang yang tidak punya;
berperilaku sopan dan santun; menghindari jalan kekerasan dan mengutamakan
musyawarah; memberi senyum, sapa dan salam; menyambut setiap tamu yang datang
dengan penuh keceriaan.
2. Saling
menjaga dan melindungi: mengajak bermain dan belajar bersama, bekerjasama dan
gotongroyong; membantu orang yang tidak bisa mengerjakan sendiri; menghindari
dan meniadakan ancaman, pemaksaan fisik, ucapan yang menyakitkan, ataupun
gerakan (gestur) dan simbol-simbol yang menunjukkan pelecehan.
3.
Bertanggungjawab terhadap apa yang dilakukan: mematuhi segala peraturan
sekolah; berkata jujur; datang tepat waktu; sholat tepat waktu; turut menjaga
ketertiban kelas; disiplin dalam melaksanakan tugas sekolah (mengerjakan
pekerjaan rumah, membawa buku pelajaran, mengenakan atribut seragam); menjaga
dan merawat fasilitas sekolah.
4. Menjaga
kebersihan diri dan lingkungan: membuang sampah pada tempatnya; cuci tangan
sebelum makan; menyikat gigi atau berkumur sesudah makan; membersihkan kelas,
merawat dan menyirami tanaman; menjaga kebersihan seragam; berpenampilan rapi
dan bersih, memperingatkan untuk mematikan jika ada yang merokok;
(Pedoman perilaku ini diberlakukan bagi seluruh
warga sekolah, orangtua siswa, tamu dan masyarakat di lingkungan sekolah. Bagi
siswa yang melaksanakan akan mendapat reward dan bagi siapa saja yang melanggar
akan mendapatkan sanksi baik berupa teguran langsung, tidak langsung maupun
hukuman sosial yang sudah ditentukan).
Setiap sekolah di setiap daerah akan memiliki
standar dalam menentukan segala aturan, penghargaan (reward) maupun hukuman
(punisment). Biasanya disesuaikan dengan adat, budaya, kebiasaan bahkan
peraturan di atasnya yang bersifat mengikat. Namun setidaknya, dengan adanya
code of conduct semacam ini maka interaksi (hubungan) antara sekolah dengan
orangtua dapat terbangun kondusif dan bisa saling memahami tupoksinya.